Minggu, 05 Mei 2013

DEWASA ITU APA SIH ?

Tingkat kedewasaan seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan usianya. Mereka yang lebih tua belum tentu lebih dewasa. Lalu, bagaimana mengukur tingkat kedewasaan seseorang ?
Ada  beberapa  aspek  yang  bisa  dijadikan  ukuran untuk  menilai tingkat kedewasaan seseorang :
1. Intelektual
Dari segi ini kita dikatakan dewasa dilihat dari kemampuan kita membentuk pendirian. Artinya, kita punya pendirian atau prinsip yang jelas sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh situasi yang menuntut kita untuk bersikap . Tapi, tetap memperhatikan pendapat orang lain walaupun tidak  bersandar  pada  pendapat  itu.  Kemampuan mengambil  keputusan sendiri  dengan  tegas  dan  bebas  berdasarkan  bukti,  alasan  nyata  dan nasihat baik dari orang lain, serta tertanggung jawab dengan segala keputusan kita. Tidak bingung kalau ada masalah, tapi dianalisis sebab- sebabnya     sehingga                bisa         dicari      kemungkinan-kemungkinan penyelesaiannya.
2. Emosional
Kita dikatakan sebagai orang dewasa secara emosional ditandai dengan kemampuan menerima emosi dan menguasainya secara wajar. Artinya, apapun emosi yang sedang kita alami, kita tetap bisa menguasai dan mengelolanya dengan baik. Tidak dipengaruhi rasa takut dan gelisah. Kita bisa mengintrol emosi sehingga tidak merugikan orang lain. Dari sini dapat  dilihat  bahwa  orang  dewasa  juga  punya  kecerdasan  emosi  yang cukup tinggi.
3. Sosial
Kedewasaan   kita   dari   segi   sosial   tampak   dari   keterbukaan terhadap orang lain. Sanggup membuat persahabatan. Tidak bergantung kepada siapa pun, tetapi bukan berarti kita tidak butuh orang lain. Kita bisa


menyesuaikan diri dan hormat dengan hukum, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat di mana pun kita berada.
4. Moral
Dari segi moral dapat dilihat dari kesetiaan kita pada asas-asas moral dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya semakin dewasa diri kita, akan semakin mementingkan orang lain daripada diri sendiri.
5. Spiritual
Kedewasaan dari segi ini bisa dilihat dari cara berkeyakinan yang tidak sempit. Kita mampu bergaul dan membina hubungan baik dengan orang-orang yang keyakinannya berbeda dari diri kita. Kalau sudah mencapai hal itu, kita mampu mencintai orang lain tanpa batas-batas agama, ras, suku atau golongan.
Lalu,  apakah  seseorang  yang  disebut  dewasa  kemudian  meninggalkan segala bentuk keceriaan, dan kegairahan hidup ? Tentu saja tidak. Orang dewasa tidak harus selalu bersikap seriut. Adakalanya orang dewasa juga bersikap jahil dan senang bercanda untuk memecah kebekuan atau menurunkan ketegangan.
Penghamat kedewasaan
Kedewasaan tidak selalu berhubungan dengan umur. Kadang ada orang yang umurnya boleh dibilang tua, tapi sikapnya masih kekanak- kanakan, suka menang sendiri, emosian dan enggak mau kalah. Tapi, ada yang sebaliknya walaupun usianya masih muda, dia mampu menjadi panutan teman-temannya.
Kedewasaan adalah proses perkembangan kepribadian. Karena proses, jadi nggak bisa instant. Tidak bisa hanya dengan berdandan ala orang dewasa terus jadi orang dewasa. Kedewasaan itu lebih ke sikap kita dalam menghadapi apa pun. Memang sih, mestinya yang umurnya lebih banyak dia akan lebih dewasa karena sudah mengalami banyak haldalam hidup dan lebih banyak belajar dari pengalaman. Tapi nyatanya tidak selalu begitu, ini karena pendewasaan dalam prosesnya bisa mengalami kemajuan, mandek bahkan mundur. Orang yang selalu belajar dari pengalaman  dan  suka  intropeksi  diri  biasanya  proses  kedewasaannya


makin maju. Artinya, makin hari ia makin tumbuh menjadi manusia yang lebih  bijaksana.  Sebaliknya,  orang  yang  cepat  merasa  puas  sehingga marasa tidak perlu belajar lagi, manja, tidak mau dikritik dan selalu lari dari masalah akan mengalami hambatan dalam proses pendewasaannya. Latihan
Ciri paling mencolok dari orang yang tidak dewasa adalah egoisme yang tinggi. Artinya, selalu mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan orang lain. Latihan pertama untuk menjadi dewasa adalah berlatih untuk mengurangi sifat egois kita.
Latihan  selanjutnya  adalah  belajar untuk  menerima  diri sendiri apa adanya. Pada dasarnya orang menjadi egois karena ia tidak mampu untuk  menerima  dirinya  sendiri  apa  adanya.  Jadi,  contoh  eksplor  diri sendiri kekurangan dan kelebihannya. Terimalah apa pun yang ada pada diri sendiri. Hanya dengan menerima diri sendiri apa adanya, kita akan mampu bersikap terbuka pada orang lain.
Mencintai  semua  yang  ada  dalam  diri  kita  sendiri  merupakan dasar untuk bisa mencintai semua manusia. Kalau kita mampu mencintai semua manusia apa adanya, itu berarti kita telah sampai di puncak kedewasaan”.
Kuncinya        adalah         belajar.         Berlatih.         Belajar.         Berlatih
teruuuuuuuuuuuuus !

14 komentar: